CONTOH PRODUK SAWIT YANG RAMAH LINGKUNGAN |
RSPO dan WWF Indonesia
berinisiatif mendorong kampanye #BeliYangBaik. Kampanye ini mengajak konsumen
lebih peka dalam memilih produk turunan
sawit yang ramah lingkungan. Salah satunya, membeli produk berbasis sawit seperti
makanan dan non makanan dengan logo
dagang RSPO.
Kesadaran masyarakat
Indonesia masih rendah dalam memilih
produk sawit berlabel ramah lingkungan.
Survei AC Nielsen dan WWF Indonesia pada Juni 2013 menunjukkan belum
adanya kesadaran di tingkat konsumen Indonesia mengenai pentingnya penggunaan
produk sawit ramah lingkungan dan punya sertifikat. Survei
ini dilakukan di lima kota besar yaitu, Jakarta, Bandung, Surabaya,
Medan, dan Semarang.
“Selama ini produk
berlabel ramah lingkungan sulit ditemukan karena ada perdebatan antara produsen dengan
konsumen. Produsen beralasan tidak ada pasarnya sementara konsumen katakan
produknya belum ada,”kata Dewi Satriani Dewi Satriani, Campaign &
Mobilization Manager WWF Indonesia dalam Diskusi Sustainable Palm Oil “Gaya Hidup
Konsumen Bijak”, pada pertengahan
Oktober di Jakarta.
Diskusi ini
menghadirkan lima pembicara yang mewakili pemangku kepentingan sawit dan
masyarakat. Mereka adalah Putra Agung, Sustainable Palm Oil Program Manager WWF
Indonesia, Dewi Satriani, Campaign & Mobilization Manager WWF Indonesia,
Dhiny Nedyasari, Indonesia Communication Manager RSPO, Nugie, Champion
#BeliYangBaik, dan Davina, Champion #BeliYangBaik.
Putra Agung, Sustainable Palm Oil Program
Manager WWF Indonesia, menyebutkan kesadaran konsumen Indonesia terhadap produk
sawit berlabel ramah lingkungan mesti ditingkatkan khususnya minyak
goreng. Minyak sawit dapat diolah
menjadi 100 jenis produk turunan mulai
dari makanan, kosmetik, minyak goreng,
farmasi, bahan bakar sampai consumer goods.
Roundtable on
Sustainable Palm Oil (RSPO), lembaga nirlaba pemangku kepentingan industri
sawit sudah meluncurkan label merek
dagang (trademark) RSPO. Label ini memberikan informasi bahwa sebuah produk
turunan sawit mengikuti praktek produksi yang ramah lingkungan dan
bertanggungjawab tidak merusak hutan serta menjaga ekosistem lingkungan. Biasanya, logo RSPO akan ditemukan di bagian
luar kemasan produk.
Berdasarkan informasi
di situs RSPO, logo merek dagang RSPO telah digunakan 28 produk makanan dan non makanan di seluruh
dunia. Yang sangat disayangkan, tidak ada satupun produk minyak goreng dan
makanan yang berlogo RSPO di Indonesia.
Dhiny Nedyasari,
Indonesia Communication Manager RSPO, mengakui sebagian besar produk
makanan atau minyak goreng berbasis
sawit di Indonesia belum pakai label
RSPO. Baru ada margarin buatan lokal merek Mother's Choice yang berlogo RSPO.
Sisanya adalah produk impor yang belum diproduksi di dalam negeri. “Tidak adanya label RSPO di minyak goreng
karena faktor permintaan,” ujarnya.
Ketika dihubungi via
telepon, Sahat Sinaga, Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati
Indonesia (GIMNI), menyebutkan produsen
enggan menambahkan label RSPO di produk minyak goreng karena belum ada
permintaan. Apalagi masyarakat juga kurang paham bedanya produk minyak goreng
RSPO dan non RSPO.
“Memang untuk produk ke
pasar ekspor sudah berlabel RSPO karena ada permintaan dari negara pembeli,”
ujar Sahat. GIMNI adalah asosiasi yang
beranggotakan 30 perusahaan dengan kapasitas terpasang refineri (pengolahan)
CPO sekitar 14 juta ton per tahun.
Sebenarnya, Indonesia
termasuk konsumen terbesar minyak goreng di dunia. Data Gabungan Industri
Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) menunjukkan konsumsi minyak goreng sawit di
Indonesia diperkirakan 6,2 juta ton dari
total penggunaan Crude Palm Oil (CPO) sebanyak 10 juta ton.
Tingginya konsumsi
minyak goreng di Indonesia sudah saatnya diikuti perubahan gaya hidup konsumen.
Tentu saja, bukan sebatas produk berharga murah melainkan ramah lingkungan. WWF
Indonesia menginisiasi kesadaran konsumen melalui Kampanye #BeliYangBaik. Kampanye ini digulirkan bertepatan perayaan
Hari Lingkungan Hidup Sedunia pada 5 Juni 2015. Kampanye ini bersifat edukatif dan ajakan kepada konsumen
untuk membeli produk ramah lingkungan seperti produk berlogo dagang RSPO.
“Kampanye ini dibuat
agar konsumen mau beli, meminta
sekaligus mendorong produsen untuk menghasilkan produk-produk bertanggungjawab.
Alhasil, konsumen tidak ikut berkontribusi kepada kerusakan lingkungan,” ungkap
Dewi Satriani.
Nugie, artis yang juga
Champion #BeliYangBaik, mengatakan
konsumen sudah melek dengan masalah yang
terjadi di lingkungan. Dengan adanya Kampanye #BeliYangBaik akan
membentuk selera konsumen agar lebih cermat dalam memilih produk. Walaupun
saat ini minim produk makanan yang bersertifikat tetapi di saat permintaan
mulai tumbuh. Maka, produsen akan
mengikuti keinginan tersebut.
Putra Agung menjelaskan
mengatakan bahwa konsumen punya peran besar dalam mengubah praktek tata kelola
produksi lebih berkelanjutan. Pasalnya,
pembenahan sektor kehutanan dan pertanian yang mengarah aspek berkelanjutan
masih jalan di tempat.
“Lain halnya kalau
konsumen yang tekan produsen karena jaringan pembeli minyak sawit ada di dalam
dan luar negeri. Mentransformasi market
sangat penting dalam industri ini,” tambah Putra Agung.
Dewi Satriani
menambahkan permintaan minyak sawit akan
terus tumbuh sehingga tidak mungkin produksinya dihentikan. Oleh karena itu,
konsumen dapat menjadi penggerak pasar untuk meminta produk turunan sawit yang
tidak dihasilkan dari kegiatan deforestasi dan perusakan lingkungan.
RSPO memberikan
dukungan penuh Kampanye #BeliYangBaik
sebagai sarana meningkatkan pemahaman publik terhadap produk ramah
lingkungan dengan standar RSPO. Dhiny
Nedyasari perwakilan RSPO menyatakan
Kampanye #BeliYangBaik menjadi saluran
bagus berkomunikasi kepada konsumen mengenai sustainable palm oil consumption.
Selain itu, kampanye ini akan membantu RSPO supaya transformasi pasar minyak
sawit berkelanjutan dapat menjadi norma.
“Untuk meningkatkan
kesadaran konsumen, kami pun berencana membuat
consumer guide yang memuat informasi produk ber-trademark RSPO. Ini
bagian strategi mengedukasi konsumen,” ujar Dhiny.
Agar konsumen tidak
meragukan kredibilitas logo merek dagang RSPO. Dhiny Nedyasari menjamin
penggunaan label dapat dipertanggungjawabkan dan mendapatkan pengawasan ketat.
Misalkan, produsen melanggar standar yang ditetapkan RSPO. Maka, konsumen dapat
melaporkan pelanggaran melalui sistem pelaporan melalui fasilitas pengaduan dan
fasilitas penyelesaian sengketa yang
tersedia di situs RSPO.
“Jadi tidak ada yang
ditutupi dalam sistem kami, semua transparan. Sanksi terberat dikeluarkan dari
keanggotaan RSPO,” ujarnya.
Ditambahkan Dhiny, jika
produsen diberhentikan dari RSPO akibatnya imej perusahaan menjadi buruk di
pasar global. Dampak terberat, produsen kesulitan menjual minyak sawit di
beberapa negara tujuan khususnya yang meminta persyaratan sertifikat RSPO.
0 Response to "PRODUK SAWIT YANG RAMAH LINGKUNGAN"
Posting Komentar